PREDIKTIF vs ADAPTIF

Penulis : Pak Sek.

Dunia bisnis atau dunia usaha saat ini tidak hanya mengalami turbulensi oleh perubahan peradaban karena perkembangan teknologi tapi juga mengalami ketidakpastian akut oleh karena  pandemi Covid-19. Benarkah peluang usaha atau bisnis benar-benar ter-disrupt sehingga peluang bisnis berada pada titik terendah? Barangkali 90% pelaku usaha akan mengatakan “Ya”.  Namun barangkali juga 10% pelaku bisnis mengatakan “Tidak”, ada ceruk-ceruk bisnis yang secara nyata memberikan peluang nyata dan tidak dilihat oleh 90% pelaku bisnis lainnya. Demikian catatan kaki dari seminar AGILE yg digelar Inkindo Jatim, Intakindo Jatim dengan ITS Tekno Sains. 

Terlepas anda berada di posisi 10% atau 90%, kondisi diatas adalah kondisi umum yang barangkali akan terulang dalam beberapa tahun atau puluhan tahun kedepan dengan sumber permasalahan yang berbeda. Banyak pelajaran yang bisa diambil dari kejadian abnormal seperti saat ini. 

Seperti saat ini kita berada pada bumi yang semakin tua. Rangkaian fenomena alam seperti gempa, tsunami, badai, gunung meletus, banjir serta fenomena alam lain akan terus terjadi dalam periode yang berbeda-beda sebagai bagian dari cara alam membuat keseimbangan baru. 

Dunia bisnispun memerlukan kesimbangan baru jika dalam kehidupan dan peradaban  nyata masyarakat terjadi kondisi yang tidak seimbang atau abnormal. Dalam selang waktu kondisi normal kita bisa melakukan prediksi dan perkiraan-perkiraan kedepan berdasar kejadian yang sudah ada dengan baik. Sehingga tindakan kita kedepan lebih baik dan tempat. 

Demikian pula dalam dunia bisnis, dalam kondisi selang waktu kondisi normal  kita bisa melakukan tindakan prediktif terkait peluang yang ada kedepan. Serta menyiapkan perangkat dan sumber daya untuk meraih peluang tersebut. Dalam kondisi anomali atau abnormal seperti saat ini kita tidak bisa melakukan prediksi ke depan berdasar kejadian masa lalu dengan baik. 

Traditional innovation cycle (observe – generate ide – analyze & discuss – team decision – build product – launch and market – customer response) dalam proses bisnis menjadi terlalu lamban dalam merespon pasar dan perubahan. Sangat terasa sekali perubahan-perubahan nyata di pasar melesat menimbulkan permintaan-permintaan baru yang membutuhkan respon jauh lebih cepat. Rapid experimentation (observe – generate ide –  design prototype & test – customer response) menjadi pendekatan inovasi baru yang lebih fleksibel dan efisien. From top down planning to experimentation begitu pendekatan yang lebih adaptif pada masa abnormal ini.

Para pelaku 10% inilah yang mampu menjawab permintaan-permintaan baru di tengah kondisi abnormal seperti pada saat ini. Pada umumnya mereka menerapkan pendekatan rapid experimentation untuk lebih adaptif dengan melihat peluang dan permintaan yang ada dengan cepat.

Bagi anda para pelaku bisnis apapun usahanya, barangkali perlu untuk menengok kembali apakah proses bisnis dalam perusahaan masih sesuai dengan kondisi saat ini atau sudah harus beradaptasi menyesuaikan dengan kondisi abnormal seperti saat ini. Titik mana saja yang harus disentuh agar lebih adaptif dengan kondisi yang ada.

Perubahan landscape bisnis tidak hanya sangat cepat, namun juga menciptakan standar-standar dan permintaan-permintaan baru yang tidak terbaca sebelumnya. Para pelaku 10% barangkali tidak berfikir untuk nunggu kondisi seperti saat ini akan normal seperti semula. Mereka lebih bagaimana melihat ceruk pasar baru yang benar-benar genuine dan sangat terbuka dan beradaptasi dengan lingkungan dan perilaku baru. 

Barangkali juga kolaborasi GoTo, merger antara  GOJEK dengan TOKOPEDIA untuk memenuhi adaptasi pada perilaku baru konsumen dan standar permintaan pasar yang telah berubah pada saat ini. Bagaimana dengan bisnis anda? Jangan sampai punah seperti Homo neanderthalensis, 40 juta tahun yang lalu. Adapatasi dan Kolaborasilah!! 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *