Semarangan benar-benar diangkat oleh Panitia Munas INKINDO 2018. Hal ini terlihat dari nuansa semarangan yang dihadirkan dalam welcome dinner Munas INKINDO 2018. Aneka kuliner berbahan tahu, mie, nasi, wedangan, jamu dll tersaji dalam makanan khas semarang. Jamuan makan malam juga diiringi dengan alunan musik semarangan. Menikmati makanan khas semarangan dengan alunan musik semarangan menjadi lebih eksotis lagi dengan nuansa heritage Lawang Sewu yang sangat terkenal.
Istilah hiperbola Lawang Sewu untuk menggambarkan bahwa bangunan ini terdiri dari banyak pintu, bukan sewu dalam arti sejumlah seribu. Gedung Lawang Sewu merupakan bagian dari kebutuhan masa kolonial terkait dengan transportasi hasil bumi di sekitar joglosemar pada mada awal abad 19. Bangunan Lawang Sewu merupakan gedung perkantoran untuk mendukung kegiatan tersebut. Menariknya bangunan ini digambar oleh arsitek belanda tanpa hadir dan belum pernah datang ke kota Semarang.
Pada masa pendudukan Jepang gedung ini dipakai juga untuk penahanan. Sedangkan dalam masa kemerdekaan digunakan oleh instansi Pemerintah RI, salah satunya PT. KAI. Restorasi bangunan ini tetap mempertahankan keaslian dengan melibatkan para arsitek di Semarang sekaligus sebagai pembelajaran arsitek lokal.
Beberapa kriteria yang memenuhi syarat Lawang Sewu sebagai Cagar budaya adalah sebagai berikut; Berusia 50 tahun atau lebih. Mewakili gaya arsitektur yang singkat lebih 50 tahun. Lawang Sewu bergaya fasad ganda sebagai bentuk adaptasi iklim tropis yang merupakan gaya Indische. Mempunyai arti khusus dalam bidang sejarah sosial budaya.
Kembali ke nuansa welcome dinner, panitia berhasil mengangkat semarang experience di hadapan para peserta Munas INKINDO 2018. Acara ini juga dihadiri oleh Walikota Semarang, sekaligus menyambut sebagai tuan rumah empunya kota Semarang.
Selamat untuk panitia Munas INKINDO.