ChatGPT, AI penggusur Jasa Konsultansi?

Penulis : Cak Ketua Jatim

“Segera, Anda akan mendapatkan asisten yang sangat membantu, dapat berdialog, menjawab pertanyaan dan memberikan saran” demikian cuitan Altman salah satu pendiri OpenAI bersama Elon Musk dan para investor Silicon Valley lainnya pada tahun 2015. Sesuatu yang membuat anda menemukan pengetahuan dan hal-hal baru. Sesuatu yang menarik dan kontroversi terkait privasi data penggunanya, hal yang membuat futuristik teknologi Elon Musk keluar dari proyek OpenAI ini.  

Sejak diluncurkan ke publik november tahun lalu ChatGPT mendapat sambutan yang luar biasa dari pengguna seluruh dunia. Pengguna dapat signup tanpa berbayar. Model  kecerdasan buatan yang berbasis Reinforcement Learning from Human Feedback (RLHF).  Model kecerdasan ini dikembangkan kapasitasnya melalui interaksi umpan balik dengan manusia atau penggunanya. Semakin banyak umpan dan validasi maka model kecerdasan buatan ini akan semakin cerdas.

Kecerdasan buatan telah hadir dilayar HP kita. Para raksasa teknologi melihat peluang efektifitas penggunaan AI untuk mengganti peran tenaga kerja dalam beberapa pekerjaan konvensional. Google mengembangkan Bard, chatbot berbasis kecerdasan sejenis yang segera bisa dinikmati umum pengguna Google. Tesla mengembangkan Optimus, aplikasi AI untuk mobil cerdasnya. 

Kembali ke ChatGPT, saya tidak akan membahas teknologi AI ini, namun saya tertarik untuk mencobanya dan menilai kemamluan AI ini dalam skala 10.

Pertama saya menguji seberapa pintar AI ini membantu saya dalam menyajikan informasi deskripsi suatu obyek. Pertanyaannya adalah “Apa itu Inkindo?“.  Atas pertanyaan ini, ChatGPT tidak mampu menjawab dengan baik. Inkindo dipersepsikan sebagai asosiasi lembaga  asuransi yang didirikan tahun 1964 dengan misi edukasi dan pengembangan industri asuransi. Terkait hal ini ChatGPT saya nilai 2, yang artinya tidak akurat. Sepertinya ChatGPT harus banyak asupan informasi, atau Inkindo kurang terpublikasi dalam dunia maya. 

Pertanyaan Ke-1

Pertanyaan ke-2 menyangkut isu publik, “Kenapa Jakarta Banjir?”. Atas pertanyaan ini saya memberikan nilai 7. Jawaban yang membuat nilai tidak maksimal adalah penebangan hutan dan pencemaran air menyebabkan banjir Jakarta. Jawaban ini tidak relevan, hutan hampir tidak ada di Jakarta.

Pertanyaan k-2

Pertanyaan ke-3 menyangkut kebijakan publik, “Kenapa aturan jasa konstruksi sangat cepat berubah?”. Saya memberikan nilai 8 atas jawaban yang ada. Umpan informasi yang banyak di dunia maya diperkirakan membuat ChatGPT ini mampu menarasikan dengan lumayan baik.

Pertanyaan Ke-3

Pertanyaan ke-4 terkait teknis saintifik “Hai AI, apa rumus perhitungan struktur beton?”. Atas jawaban yang diberikan saya memberikan nilai 6. ChatGPT mampu mendeskripsikan beberapa rumus umum terkait perhitungan namun sifatnya naratif saja. 

Pertanyaan Ke-4

Atas empat pertanyaan ini kita diberi gambaran seberapa cerdas ChatGPT dalam interaksi dengan penggunanya. Kecerdasan dari AI ini rasanya tidak jelek-jelek amat, mengingat ini adalah tahapan awal dari sebuah kecerdasan buatan yang bersifat terbuka untuk terus berkembang dengan sendirinya dari umpan balik para penggunanya. 

Pertanyaan yang menggelitik adalah apakah kita merasa terancam atau terbantu dari pengembangan AI ini. Rasanya AI akan banyak membantu pekerjaan kita. 

Bagaimana dengan para pelaku jasa konsultansi? Rasanya AI model ChatGPT ini akan sangat membantu dalam mengeksplorasi informasi. Nah bagi anda para konsultan yang malas berpikir kreatif rasanya, kecerdasan buatan ini akan menjadi ancaman profesi anda. Apalagi bagi anda yang suka copy paste malas berpikir, klien anda bisa melakukan hal yang sama seperti apa yang anda lakukan. 

Rasanya dalam waktu yang tidak lama, akan banyak pengembangan AI secara signifikan. Walau sebenarnya penggunaan AI sudah ada sebelumnya dalam level yang berbeda, saya ucapkan lagi, Welcome AI…. 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *