LUMPUR SIDOARJO SOLUSI PEMANASAN GLOBAL

Semburan lumpur Sidoarjo ( Sumber gambar : m.suarasurabaya.net)
Setiap akhir bulan mei masyarakat Jawa Timur khususnya masyarakat Sidoarjo, para pemerhati lingkungan dan kebencanaan, pemerhati ilmu kebumian akan selalu teringat bencana semburan lumpur di wilayah Porong Sidoarjo. Tepatnya 29 Mei 2006 peristiwa semburan lumpur panas Sidoarjo pertama kali berlangsung. Peristiwa yang kemudian menenggelamkan peradapan dan ribuan rumah, menghancurkan aktifitas bisnis, mengganggu berbagai utilitas penting seperti jalan nasional, rel kereta api, jaringan air minum, jaringan pipa gas, jaringangan listrik dan telekomunikasi. Semburan yang sudah berlangsung tiga belas tahun ini belum menunjukkan gejala berhenti secara total. Semburan gas, air panas dan lumpur masih berlangsung dengan komposisi yang berbeda dari fase awalnya. Lalu apa hubungannya dengan pemanasan global?

Pemanasan global ditandai dengan mencairnya es abadi di kutub yang mengakibatkan naiknya muka airlaut yang bisa diikuti hilangnya beberapa pulau kecil serta tekanan pada lingkungan pesisir dan daratan. Kenaikan temperatur global akan mempengaruhi terhadap perubahan iklim, habitat satwa liar dan ancaman terhadap kebakaran dan gangguan ekologi lainnya. Penyebab naiknya temperatur global salah satunya adalah perilaku gaya hidup modern yang mengakibatkan perangkap gas dan panas di atmosfir. Pemanfaatan bahan bakar fosil sebagai sumber energi menjadi salah satu pemicu gejala pemanasan global seperti gas buang kendaraan, gas buang industri dan gas buang pembangkit listrik. Pengurangan gejala pemanasan global antara lain dilakukan dengan menerapkan green energy dan mengurangi pemanfaatan energi fosil.

Tantangan dalam green energy adalah ketersediaan teknologi baterai isi ulang yang handal sebagai penyimpan energi dari sumber energi yang ramah lingkungan. Komponen utama baterai isi ulang terbaik saat ini adalah Lithium. Kedepan kendaraan listrik, smartphone, laptop sangat membutuhkan teknologi baterai yang handal.

Lithium adalah unsur yang keberadaannya sangat langka di bumi. Ketersediaan di kerak bumi diperkirakan hanya 0,002%. Hal yang menarik adalah kandungan Lithium di Lumpur Sidoarjo 70 kali lebih banyak dari kandungan Lithium pada air laut normal (sumber: PSB ITS, its.ac.id). Lithium adalah unsur alam bersifat lunak, abu-abu cerah keperakan, dengan berat jenis 0.53. Secara alamiah Lithium dijumpai pada batuan pegmatit, air formasi dan lempung. Pegmatit adalah kelompok batuan beku granitik hasil pembekuan magma yang lambat dan mengandung unsur yang sangat resisten terhadap proses kristalisasi magma. Lithium cenderung terakumulasi dalam larutan sisa pembekuan magma tersebut hingga membeku pada fase akhir. Lithium juga ditemukan dalam air formasi. Lithium ditemukan dalam konsentrasi airtanah di bawah dataran kering Chili-Argentina-Bolivia yang banyak mengandung garam mineral. Sedangkan Lithium pada lempung pada umumnya adalah hasil pengendapan pada dari sedimen yang sangat halus seperti dilingkungan danau. Ekstraksi Lithium yang paling murah dan mudah adalah lithium yang terdapat pada air formasi sebagaimana yang terdapat dalam air formasi pada semburan Lumpur Sidoarjo. Sejak 1990 di Amerika sumber utama ekstraksi lithium adalah air formasi. Diperkirakan potensi Lithium pada semburan Lumpur Porong terdapat pada air formasi dan fraksi lumpur yang hingga saat ini masih keluar.

Sebuah potensi sumber Lithium yang semestinya harus dikelola dengan bijak bagi masa depan. Kebutuhan Lithium dalam pasar global akan terus meningkat dan akan menjadi buruan utama bagi negara-negara dan industri pengembang teknologi tinggi guna memenuhi keunggulan teknologi masa depan yang ramah lingkungan terkait pengurangan pemanasan global. Potensi Lithium pada Lumpur Sidoarjo memerlukan kajian yang serius baik dalam sisi jumlah potensi ekonomi, teknologi ekstraksinya serta pemanfaatan dalam mendukung tren teknologi masa kini dan masa depan. Kemandirian dalam penguasaan teknologi masa depan Bangsa Indonesia seperti halnya kendaraan listrik tidak akan terwujud jika kemandirian dalam penguasaan teknologi baterai tidak dikuasai anak bangsa. Dari lokasi semburan Lumpur Sidoarjo akankah lahir kemandirian teknologi masa depan? Dibutuhkan keberpihakan dari para pemegang dan penentu kebijakan untuk duduk bersama menyelesaikan masalah sosial, hukum, keruangan yang masih ada serta meletakkan visi integral jauh ke depan terkait teknologi pemanfaatan Lumpur Sidoarjo. Lompatan yang sangat besar dan visioner bagi Bangsa Indonesia jika mampu memanfaatkan potensi Lithium ini secara mandiri dan memberikan kontribusi yang besar bagi dunia dalam rangka pengurangan pemanasan global melalui teknologi industri baterai isi ulang Lithium. Jangan sampai dunia hanya mengenal semburan Lumpur Sidoarjo sebagai The world’s largest known mud eruption saja tetapi juga One of the biggest lithium mine in the world.

One comment

Leave a Reply to Juniar ilham Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *