AWAS SCAM, DIBALIK WFH DAN KEPANIKAN COVID-19

Pandemi COVID-19 mengharuskan setiap individu untuk menjaga jarak antar individu atau social distancing, cuci tangan, dan menghindari menyentuh wajah. Dalam lingkup yang lebih luas, kantor pemerintah dan swasta banyak yang mengambil kebijakan Work From Home (WFH) untuk karyawan yang bisa menjalankan kerja dari rumah. Berbagai aplikasi yang mendukung WFH-pun menjadi booming baik yang sifatnya gratis maupun berbayar. Semua upaya tersebut ditempuh untuk untuk mencegah meluasnya penyebaran COVID-19 dan mengurangi beban kemampuan fasilitas kesehatan untuk menangani korban COVID-19. 

Para pekerja yang biasa bekerja di kantor harus menyesuaikan dengan budaya baru WFH, mulai dari menyusun agenda, mencari ritme kerja baru, hingga mengatur antara urusan kerja dengan urusan rumah tangga. Pola kerja yang baru ini akan menambah literasi bagaimana bekerja secara remote dengan tetap menjaga produktivitas kerja dan aman. Saat ini beralih ke WFH ini lebih didorong karena adanya kecemasan penyebaran COVID-19. Maraknya WFH di tengah pandemi sering dimanfaatkan oleh para penipu di dunia maya  atau scammer untuk mencari keuntungan di tengah kepanikan publik dengan cara-cara kotor tidak bertanggungjawab. 

Modus para scammer ini adalah menipu dengan memanfaatkan kondisi mendesak dan emosional target melalui media email, website palsu, jebakan tautan (link), panggilan mesin/robot, panggilan langsung, ajakan mengisi form dan lainnya. Para scammer menyasar para pemula WFH yang tentu saja sistem keamanan jaringan internet di rumah pada umumnya tidak setangguh sistem jaringan internet di kantor atau perusahaan. 

Kasus scam

Beberapa kasus scam yang sering terjadi antara lain adalah pengiriman atau penyusupan malware ke sistem komputer target. Umumnya para korban pada awalnya dihadapkan pada informasi menyangkut COVID-19 baik melalui email atau website palsu yang di dalamnya bisa berupa informasi terkait korban, penyebaran, pencegahan, produk perlindungan diri dan kesehatan serta upaya tindakan bersama seperti donasi. Calon korban akan disodorkan link untuk informasi lebih dalam atau keterlibatan partisipasi dengan mengisi beberapa data individu yang sebenarnya adalah credential data. Dengan cara mengambil credential data dan mengklik tautan tersebut malware bisa jadi sudah terkirim atau penyusup ke sistem komputer korban. Pembobolan data personal secara lebih detail, rekening bank atau account keuangan lain bisa bermula dari sini. Phising atau tindakan mengelabui target untuk menguasai account target juga menjadi bagian aktifitas dari para scammer. 

Website palsu dan media sosial juga bisa digunakan untuk menyebarkan informasi palsu yang targetnya adalah mengambil uang dari para target. Website palsu atau media sosial palsu sering menampilkan halaman yang mirip dengan halaman dari otoritas resmi yang dengan mudah bisa mengecoh pengunjung atau target. 

Kondisi mendesak dan emosional sering dimanfaatkan para scammer untuk menjual produk palsu atau tidak standar (vaksin, suplemen, masker, handsanitizer, dan lainnya) yang merugikan pembeli. Amazon, Etsy, Walmart, Bukalapak, Tokopedia dan platform lainnya telah turut memerangi tindakan buruk penjual yang menaikkan harga tinggi dan penjual fiktif di tengah masa pandemi. Demikian pula dengan ajakan donasi bersama untuk memerangi COVID-19 sering disalahgunakan oleh para scammer untuk keuntungan sendiri. 

Modus telepon palsu bisa digunakan para scammer untuk mencuri uang dari target dengan seolah-olah dari lembaga medis yang mengabarkan jika anggota keluarganya membutuhkan sejumlah uang untuk perawatan karena terinfeksi COVID-19. Mengutip Euronews, laporan terakhir di Inggris korban penipuan ini mencapai €1 juta. Menurut laporan Interpol secara global kawasan Asia merupakan kasus scam yang tertinggi. 

Pencegahan Scam

Jangan mengklik link atau membuka email yang tidak jelas sumbernya. Para scammer menggunakan email dengan judul yang menarik memanfaatkan emosi sesuai kondisi terkini terutama terkait dengan bagaimana menyikapi COVID-19. Biasanya akan disertai dengan attachment atau link yang mengarahkan target agar masuk ke halaman yang sudah dipersiapkan oleh scammer. Email seolah-olah dari lembaga resmi dan kredibel. Untuk menghindari scam kita perlu mengenali sumber email dan memvalidasi kebenarannya dengan cermat. 

Banyak sumber memberikan informasi menyangkut hal-hal terkait COVID-19. Lebih baik menggunakan informasi yang bersumber dari sumber terpercaya, otoritas pemerintah setempat atau otoritas global yaitu WHO, The Centers for Disease and Prevention atau John Hopkins University. Berhati-hati dengan website palsu yang tampilannya sangat meyakinkan, lakukan verifikasi dengan seksama. 

Pada saat berselancar di dunia maya sering kita mendapat panggilan atau pesan teks yang tidak di dikenal. Jangan mencoba memberikan informasi salah sekalipun, pada form yang sering menyertainya walau sekedar hanya untuk ingin tahu. Jika ada alert scam, lebih baik komputer segera di shutdown. Serta jangan memberikan informasi seperti identitas personal, password, username, nomor kartu kredit, rekening bank. Jika anda terlanjur memberikan informasi tersebut ada baiknya anda segera menghubungi bank anda untuk tindakan pencegahan. 

Berhati-hatilah dalam setiap transaksi online pastikan vendor adalah terpercaya dan valid dan berhati-hati saat ditanya account bank dan sejenisnya. 

Jika sistem keamanan jaringan internet di rumah anda sangat minim ada baiknya anda melengkapi sistem proteksi dari beberapa produk terpercaya dengan harga yang bisa anda sesuaikan. Anda harus waspada karena saat ini rumah anda juga bagian dari kantor anda. Kalau jaringan rumah anda bobol bisa jadi kantor anda juga ikut bobol. Tetap Waspada!

Penulis : irwan s, tinggal di www.geospasia.com, www.sigindonesia.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *